Aku mengenang separuh wajahmu dalam ingatan
Bersama tempias pendar lampu yang kaucuri di setiap tikungan
Alangkah remang jelmaan surga paling sederhana, katamu
Di dalamnya, jemari kita riuh beradu
Memandang separuh wajahmu selalu membangkitkan bebait janggal
Menunggu ditumpahkan selepas air mata ini tanggal
Dalam layar putih, kau termangu
Kadang memandangku, lain waktu memandang kenanganku
Separuh wajahmu beradu dengan asap dan tudung tebal
Menyisa harum kenang penghangat bantal
Pantas saja, tidurku tak nyenyak
Tersengat bau tengkukmu, lelapku retak
Separuh wajahmu memanjang di kaki senja
Mungkin matahari bosan melukis bayang-bayang kita
Ia memilih benam, menuju remang
Tanpa tahu, di dalamnya tersembunyi surga kita yang hilang
Separuh wajahmu tampak kerap mengakrabi keremangan
Mungkin, di sanalah kau menemukanku, kau mengkhianati rembulan
Separuh wajahmu selalu meninggalkanku
Lain waktu, ia mengejar waktu, lagi-lagi menemukanku